Gunung Salak memiliki banyak puncak di antaranya
puncak Salak 1 dengan ketinggian 2.211 mdpl. Gunung Salak sejak jaman
dahulu sudah sering dikunjungi oleh para pejiarah, dahulu terdapat
patung pemujaan di puncak gunung Salak. Terdapat juga makam Embah Gunung
Salak yang sering dikunjungi para pejiarah.
Di kaki Gunung Salak banyak terdapat
tempat-tempat keramat, makam keramat ada juga pura dengan sebutan Kuil
Prabu Siliwangi . Pendakian terbaik dilakukan pada musim kemarau, karena
pada musim penghujan jalur menjadi becek seperti rawa, licin sekali dan
banyak lintah. Selain itu angin seringkali bertiup kencang.
Gunung ini dapat didaki dari beberapa
jalur diantaranya jalur yang umum sering dipakai adalah jalur dari Wana
Wisata Cangkuang Kecamatan Cidahu Kabupaten Sukabumi, dari Cangkuang ini
ada dua jalur yakni jalur lama yang menuju puncak Gunung Salak 1 dan
jalur baru yang menuju Kawah Ratu. Jalur yang penuh dengan nuansa mistik
untuk berjiarah adalah jalur dari Wana Wisata Curug Pilung, Desa Giri
Jaya, Kecamatan Cidahu. Jalur lainnya adalah jalur Desa Girijaya dan
Jalur Desa Kutajaya / Cimelati. Jalur yang banyak terdapat air terjunnya
adalah jalur Pasir Rengit.
JALUR CANGKUANG CIDAHU
Wana Wisata Cangkuang Cidahu ini selain
menjadi tempat perkemahan dengan pemandangan air terjun yang indah,
sering digunakan para pengunjung untuk menuju ke Kawah Ratu. Dari Jalur
ini pendaki juga dapat menuju ke puncak gunung Salak I. Dari Jakarta
kita dapat menggunakan bus jurusan Sukabumi atau kereta api dari Bogor
jurusan Sukabumi turun di Cicurug. Selanjutnya dari Cicurug disambung
dengan mobil angkot jurusan Cidahu.
Di sekitar pintu masuk Wana Wisata ini
terdapat tempat-tempat yang nyaman untuk berkemah, juga banyak terdapat
warung-warung makanan. Untuk menuju ke air terjun kita harus turun ke
bawah dari MCK di dekat pintu masuk pendaftaran. Untuk menuju ke Kawah
Ratu diperlukan waktu sekitar 3-5 jam perjalanan, sedangkan untuk menuju
ke puncak Gunung Salak I diperlukan waktu sekitar 8 jam. Dari Bumi
perkemahan menuju Shelter I Jalur awal curam berupa batu-batuan yang
ditata rapi. Kita mulai memasuki kawasan hutan tropis yang lebat dengan
pohon-pohon yang besar, sekitar 1/2 jam kemudian kita akan menempuh
jalur yang berfariasi, datar, naik dan turun.
Menuju Shelter II jalur mulai lembab
dan basah, dimusim penghujan banyak terdapat pacet. Beberapa sungai
kecil akan kita lewati, namun bila musim kemarau sungai ini akan kering.
Kita akan menyusuri jalur yang banyak ditumbuhi pohon-pohon pisang,
namun jangan berharap menemukan buah pisang yang matang karena daerah
ini banyak di huni monyet. Bila hari menjelang sore kita akan
menyaksikan monyet-monyet bergelantungan di sarang mereka disekitar
jalur ini.
Di Shelter II ini terdapat tempat yang
cukup luas untuk mendirikan tenda, dengan pemandangan hutan tropis yang
masih lebat. Di dekat Shelter II ini terdapat sungai yang kering pada
saat musim kemarau.
Menuju Shelter III kita akan melewati jalan-jalan
yang becek dan berlumpur dan banyak pacet terutama di musim hujan.
Bahkan Di beberapa tempat jalur berupa tanah licin yang curam, namun
kita masih agak tertolong adanya akar-akar pohon. Shelter III tempatnya
luas dan terdapat sungai yang jernih, di tempat ini pendaki dapat
mendirikan tenda.
Untuk menuju Shelter IV jalur semakin
curam terutama di musim hujan licin sekali karena berupa tanah merah. Di
beberapa tempat kita akan melewati tempat-tempat becek yang kadang
kedalamannya mencapai dengkul kaki. Jalur akan semakin parah pada saat
musim hujan dan banyak sekali pacet. Kita akan melewati dua buah sungai
yang jernih airnya, sebaiknya kita mengambil air bersih disini karena
disini lah sumber air bersih terakhir terutama di musim kemarau.
Shelter IV berupa persimpangan jalan, untuk
menuju ke Kawah Ratu ambil jalan ke kiri, sedangkan untuk menuju ke
puncak Gunung Salak ambil jalur ke kanan. Di shelter IV yang cukup luas
ini pendaki juga dapat mendirikan tenda. Di sebelah kanan shelter IV
terdapat sungai kecil yang kering dimusim kemarau.
MENUJU KAWAH RATU
Dari Shelter IV masih diperlukan waktu
sekitar 1 jam untuk menuju Kawah Ratu. Kawah ini terdiri 3 kawah; Kawah
Ratu (paling besar), Kawah Paeh (kawah mati), Kawah Hurip (kawah hidup).
Kawah Ratu termasuk kawah aktif dan secara berkala mengeluarkan gas
berbau belerang.
Dianjurkan agar berhati -hati setibanya
di kawasan Kawah Ratu, perhatikan jalan yang dilalui. Di kiri-kanan
tampak letupan -letupan kecil kawah aktif yang bersuhu sangat panas.
Kawah ratu berupa sungai dengan batu-batuan belerang yang menghasilkan
panas, air yang mengalir terasa hangat ada juga yang sangat panas.
Banyak wisatawan baik tua maupun
anak-anak datang ketempat ini untuk mandi dan melumuri badan dengan
belerang yang berkasiat menghilangkan penyakit kulit maupun memutihkan
badan. Sebaiknya kita tidak berlama-lama di Kawah Ratu terutama di musim
penghujan. Dilarang mendirikan tenda di Kawah Ratu dan tidak minum air
Kawah Ratu yang sudah bercampur dengan air belerang.
MENUJU PUNCAK GUNUNG SALAK
Dari Shelter IV kita berbelok ke kanan
setelah melewati sungai kecil kita akan bertemu dengan jalur lama di
sebuah tempat yang agak luas. Untuk menuju ke puncak kita berjalan ke
kiri mengikuti pagar kawat berduri. Jalur agak landai menyusuri punggung
gunung yang becek dan di selimuti hutan lebat. Di sisi kiri dan kanan
jalur ini banyak ditumbuhi pohon pandan yang daunnya berduri tajam
menghalangi jalan, sehingga kita perlu agak hati-hati.
Di musim penghujan jalur ini sangat
becek seperti rawa-rawa dan banyak pacet/lintah. Berhubung jalur ini
jarang dilalui dan seringkali hilang tertutup pohon dan rumput sebaiknya
membawa golok untuk membuka jalur. Setelah 1 jam melintasi rawa-rawa
Jalur semakin curam melintasi akar-akar pohon dan bebatuan menyusuri
sisi tebing yang sangat berbahaya. Jalur kadang sedikit menurun, agak
landai, kemudian kembali menanjak tajam. 1 jam kemudian kita akan sampai
di Shelter 3 jalur lama.
Dari Shelter 3 menuju Shelter 4 kita membutuhkan
waktu sekitar 1 jam dengan melintasi akar-akar pohon, yang tertutup
tanah lunak sehingga kaki bisa kejeblos. Bila angin bertiup kencang maka
pohon-pohon akan bergoyang dan tanah yang kita injak pun akan
bergoyang. Dari tempat ini kita dapat melihat Kawah Ratu dengan sangat
jelas. Di sekitar daerah ini kadangkala kita akan mencium bau belerang
yang berasal dari Kawah.
Sekitar 1 jam menuju Shelter 5 jalur
sedikit menurun kemudian kembali menanjak tajam, menyusuri punggung
gunung di antara akar-akar pohon-pohon. Kemudian kita akan memanjat
tebing batu curam, kedua tangan kita harus mencari pegangan batu,
sehingga semua barang bawaan harus diikat atau dimasukkan kedalam tas.
Di Shelter 5 pendaki dapat mendirikan tenda, tempat ini agak luas
sehingga bisa digunakan untuk mendirikan beberapa tenda. Menuju Shelter 6
memerlukan waktu sekitar 1 Jam Jalur semakin curam dan berbahaya, jalur
begitu sempit sehingga tidak ada tempat untuk beristirahat. Menuju
Shelter 7 jalur semakin curam dan berbahaya kita perlu waktu sekitar 1
jam untuk mendaki punggung gunung yang semakin menanjak. Jalur
kebanyakan melintasi akar-akar pohon sehingga bila angin bertipu kencang
kita pun akan bergoyang-goyang sehingga menggetarkan jantung.
Di shelter 7 ini terdapat percabangan
jalur yakni pertemuan dengan jalur pendakian yang berasal dari Girijaya.
Dari Shelter 7 kita hanya tinggal membutuhkan waktu sekitar 10 menit
untuk menuju puncak gunung Salak I, jalur sudah tidak terlalu curam
lagi, masih melintasi akar-akar pohon dan batu-batuan berselimut tanah
gembur.
Puncak gunung Salak I masih banyak
ditumbuhi pohon-pohon besar, tempat ini sangat luas dapat digunakan
untuk mendirikan beberapa tenda. Terdapat beberapa makam kuno salah
satunya makam Embah Gunung Salak. Terdapat juga sebuah pondok untuk
beristirahat bagi para pejiarah, Air hujan dari pondok ini ditampung
dalam sebuah bak penampungan, sehingga dapat digunakan oleh para pendaki
dan para pejiarah. Angin kencang sering bertiup, terutama di musim
penghujan.
Untuk mendaki gunung Salak sebaiknya
dilakukan pada pertengahan musim kemarau, biasanya jalur tidak terlalu
becek, kemungkinan hujan tidak turun, tidak ada pacet / lintah, angin
tidak terlalu kencang. Di musim penghujan jalur tertutup tanaman harus
membawa golok untuk membuka jalur terutama alang-alang dan daun pandan
yang berduri tajam. Lakukan pendakian pada siang hari karena pendakian
di malam hari sangat berbahaya berhubung banyaknya jalur-jalur yang
sempit menyusuri jurang, juga banyaknya jalur yang memerlukan bantuan
kedua tangan kita untuk berpegangan sehingga sulit memegang lampu
senter.
JALUR GIRI JAYA ( CURUG PILUNG )
Untuk menuju puncak Gunung Salak
pendaki dapat melalui Jalur Giri Jaya dengan waktu tempuh sekitar 5 - 8
jam perjalanan. Jalur ini tepatnya berada di Wana Wisata Curug Pilung,
Desa Giri Jaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Untuk menuju desa
Giri Jaya dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan Ojek dari Cicurug
dengan ongkos sekitar Rp. 15.000,- Atau pendaki dapat berjalan kaki
dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam perjalanan.
Tidak ada kendaraan umum yang menuju
Giri Jaya sehingga tempat ini tidak begitu dikenal. Namun angkutan umum
seringkali dicarter untuk mengantarkan para pejiarah. Pendaki dapat
mencarter angkutan umum dari pasar Cicurug dengan tarif sekitar
Rp.70.000,- sebelumnya harus ditanyakan dahulu kepada sopirnya apakah
pernah mengantar ke Kompleks makam Eyang Santri Girijaya. Sesampainya
kita di pintu masuk Wana Wisata Curug Pilung, dengan berjalan kaki
beberapa meter kita akan melihat gapura pintu masuk Pasareyan Eyang
Santri. Kita akan melewati kompleks makam yang penuh suasana magis.
Jalan setapak di kompleks Pasareyan Eyang Santri sangat bersih dan rapi.
Makam keramat ini seringkali dikunjungi oleh para pejiarah dari luar
Sukabumi.
Dari kompleks pasareyan Eyang Santri kita
berjalan melalui rumah-rumah penduduk, kemudian akan sampai di
kebun-kebun penduduk. Setelah berjalan sekitar 15 menit kita akan sampai
disebuah tempat yang sering digunakan Eyang Santri untuk bertapa. Di
pertapaan ini terdapat MCK, pendaki harus mengambil air bersih disini
karena selebihnya hingga mencapai puncak tidak terdapat mata air.
Terdapat Air terjun yang sangat indah
di bawah pertapaan Eyang Santri, air terjun Curug pilung di atasnya
lebar seperti danau, baru airnya tumpah membentuk air terjun. Para
pendaki yang berkemah di sekitar tempat ini harus berhati-hati, karena
sering diganggu oleh babi hutan. Biasanya para pendaki menginap di
Pondok Pak Irwan. Pak Irwan sangat baik banyak membantu para pendaki
yang kesasar turun melalui jalur ini setelah mendaki Gunung Salak.
Dari Pertapaan Eyang Santri jalur masih
agak landai melewati pohon-pohon damar yang masih pendek, di siang hari
sangat panas namun pemandangan sangat indah. Bila cuaca bagus kita
dapat menyaksikan puncak Gunung Gede dan Pangrango dengan sangat jelas.
Lereng-lereng Gunung Salak sangat indah sekali, banyak ditumbuhi
pohon-pohon besar dan lebat. Kita mulai memasuki kawasan hutan tropis.
Sekitar 1 jam perjalanan jalur masih agak landai melewati jalan air yang
sempit dan licin. Di beberapa tempat banyak ditumbuhi pohon pisang dan
pandan.
Jalur mulai menanjak curam melewati tanah yang lunak sehingga sangat licin, di musim penghujan jalur ini sangat licin sekali dan banyak terdapat pacet. Di sisi jalur juga sering kita jumpai pohon pandan dengan daun yang berduri tajam menghalangi jalur. Pendaki tidak akan menemukan tempat yang cukup luas dan kering untuk mendirikan tenda. Sekitar 3 hingga 4 jam perjalanan kita akan sampai di sebuah makam Pangeran Santri. Di sekitar makam keramat ini terdapat mushola dan sebuah pondok. Di belakang pondok terdapat bak penampungan air yang berasal dari pipa saluran air.
Dari makam Pangeran Santri ini jalur
semakin curam melewati akar-akar pohon dan tanah, masih diperlukan waktu
sekitar 2 jam perjalanan untuk menuju puncak. Di beberapa tempat kita
harus melintasi batu-batu besar yang licin sehingga harus berhati-hati
karena di samping kita adalah jurang. Kadangkala kita harus melewati
akar-akar pohon yang tertutup lumut dan sedikit tanah, sehingga
seringkali kaki dapat berhati-hati untuk tetap menginjak akar, karena
bila menginjak tanah akan kejeblos ke dalam celah-celah akar. Rombongan
monyet kadangkala melintas di atas pohon, burung-burung langkapun
seringkali melintas di atas kita.
Selanjutnya kita akan sampai di
pertemuan jalur yang berasal dari Cangkuang, tepatnya di shelter VII.
Dari Shelter VII jalur sudah mulai agak landai melewati akar-akar pohon.
Sekitar 10 menit kemudian kita akan sampai di puncak Gunung Salak I. Di
puncak gunung Salak I ini terdapat makam Embah Gunung Salak yang nama
aslinya Raden K.H. Moh. Hasan Bin Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah.
Tidak jauh dari makam Embah Gunung Salak, terdapat makam kuno yang lain,
yakni makam Raden Tubagus Yusup Maulana Bin Seh Sarip Hidayatullah. Di
puncak gunung Salak 1 ini juga terdapat sebuah pondok yang sering
digunakan oleh para pejiarah untuk menginap. Terdapat juga tanah datar
terbuka yang cukup luas sehingga beberapa tenda dapat didirikan.
JALUR GIRI JAYA ( CISAAT - CICURUG )
Untuk menuju ke desa Girijaya dari
Jakarta naik bus (kereta) jurusan Sukabumi turun di Cicurug, kemudian
disambung dengan menggunakan mobil angkot ke Desa Giri Jaya, Kecamatan
Cidahu, Kabupaten Sukabumi yang hanya ada di pagi hari, atau mencarter
mobil angkot dengan tarif sekitar Rp.70.000,-. Dapat juga di tempuh
dengan menggunakan kendaraan ojeg yang ongkosnya berkisar Rp.15.000,-
dan bila ingin berjalan kaki dapat memakan waktu sekitar 3,5 jam.
Pendakian di mulai dari gapura pintu
masuk, menyusuri jalan berbatu. Di kiri kanan terdapat perkebunan,
persawahan, dan pemukiman penduduk. Di sebelah kiri jalur terdapat
sungai kecil yang sangat jernih, di sinilah pendaki harus mempersiapkan
air untuk perjalanan karena di sepanjang perjalanan tidak terdapat mata
air. Di depan mata kita nampak puncak gunung Salak dengan sangat
anggunnya.
Dengan menyusuri punggungan bukit yang
ditumbuhi semak-semak diselingi pohon jenis paku-pakuan kita bisa
memandang lereng punggung gunung salak lainnya yang menjadi jalur
Girijaya melalui Wana Wisata Curug Pilung. Dari kejauhan nampak pondok
Irwan yang jauh dari pemukiman penduduk ditengah-tengah perkebunan
damar. Tampak juga bangunan tembok berwarna putih yang kokon menjadi
tempat bertapa Eyang Santri. Dibelakangnya tampak pula punggungan bukit
yang membentuk jalur Cangkuang, Javana Spa nampak dari kejauhan berada
ditengah-tengah rerimbunan kehijauan hutan tropis di lereng Gn. Salak.
Setelah berjalan sekitar 2 jam kita
mulai memasuki kawasan yang ditumbuhi pohon-pohon besar. Beberapa pohon
telah ditebangi sehingga apabila pohon-pohon besar di punggungan gunung
ini habis dikawatirkan jalur pendakian ini akan menjadi terbuka dan
panas. Selanjutnya kita melintasi kawasan hutan jalur agak sempit dan
licin terutana di musim hujan. Jalur pendakian seringkali tertutup oleh
daun-daun yang berguguran, sehingga tanah apalagi bekas tapak kaki
kadangkala tidak terlihat. Untuk itu sebaiknya melakukan pendakian di
siang hari, begitu juga untuk turun gunung sebaiknya dilakukan di siang
hari.
Sekitar 3 jam perjalanan kita akan
sampai di makam Kanjeng Pangeran Santri. Di sekitar kompleks Makam
Keramat ini terdapat bangunan pondok untuk para pejiarah, juga terdapat
Mushola dan bak penampungan air untuk keperluan sembahyang, masak,
mandi, terdapat juga sebuah WC sederhana. Dari makam Pangeran Santri ini
jalur semakin curam melewati akar-akar pohon dan tanah, dengan menempuh
waktu sekitar 2 jam perjalanan kita akan sampai di pertemuan jalur yang
berasal dari Cangkuang, tepatnya di shelter VII. Di beberapa tempat
kita harus melintasi batu-batu besar yang licin sehingga harus
berhati-hati karena di samping kita adalah jurang. Kadangkala kita harus
melewati akar-akar pohon yang tertutup lumut dan sedikit tanah,
sehingga seringkali kaki dapat berhati-hati untuk tetap menginjak akar,
karena bila menginjak tanah akan kejeblos ke dalam celah-celah akar.
Rombongan monyet kadangkala melintas di atas pohon, burung-burung
langkapun seringkali melintas di atas kita.
Dari Shelter VII jalur sudah mulai agak
landai melewati akar-akar pohon. Sekitar 10 menit kemudian kita akan
sampai di puncak Gunung Salak I. Di puncak gunung Salak I ini terdapat
makam Embah Gunung Salak yang nama aslinya Raden K.H. Moh. Hasan Bin
Raden K.H. Bahyudin Braja Kusumah. Tidak jauh dari makam Embah Gunung
Salak, terdapat makam kuno yang lain, yakni makam Raden Tubagus Yusup
Maulana Bin Seh Sarip Hidayatullah.
KUTAJAYA / CIMELATI
Jalur Kutajaya atau Cimelati adalah
jalur pendakian ke puncak gunung Salak yang paling pendek dan paling
cepat, namun di sepanjang jalur kita akan sulit menemukan sumber air,
sehingga air bersih harus dipersiapkan sejak dari bawah. Untuk menuju
Kutajaya dari Bogor kita naik mobil ke jurusan Sukabumi turun di Cicurug
atau Cimelati. Cicurug adalah kota kecamatan yang masuk ke wilayah
kabupaten Sukabumi, segala perlengkapan pendakian harus dipersiapkan di
sini. Dari pasar Cicurug yang juga merangkap terminal kita dapat
mencarter mobil ke Kutajaya dengan tarip sekitar Rp.70.000,- atau naik
ojeg dengan tarip sekitar Rp.15.000,- Kendaraan umum hanya ada di pagi
hari, itupun dalam jumlah sangat terbatas.
Perjalanan dimulai dari desa Kutajaya
dengan menyusuri ladang dan kebun pertanian penduduk, karena banyaknya
percabangan maka perjalanan sebaiknya dilakukan siang hari, usahakan
untuk selalu mengikuti punggungan gunung.
Bila agak sulit menemukan jalur bisa mengikuti
arah ke air terjun. Terdapat tanda-tanda yang jelas pada setiap Pos,
namun tanda-tanda penunjuk arah menuju puncak sangat jarang, untuk itu
terdapat beberapa petunjuk yang dapat digunakan yaitu berupa tali-tali
rafia. Di sepanjang jalur tidak ada tempat yang cukup luas dan datar
untuk membuka tenda. Di beberapa Pos terdapat tempat yang cukup untuk
mendirikan 1-2 buah tenda ukuran kecil. Jalur ini jarang dilewati
pendaki sehingga kadangkala tertutup rumput dan dedaunan.
Setelah melintasi ladang pertanian
penduduk, jalur mulai melintasi hutan yang cukup lebat namun tidak
terlalu lembab. Selanjutnya akan dijumpai pertigaan dari Kutajaya, air
terjun dan menuju puncak. Berjalan menuju ke arah puncak sekitar
beberapa ratus meter akan dijumpai pos 3. Jalur terus menanjak melintasi
hutan-hutan yang cukup lebat. Di pos 4 kita akan menemukan percabangan
lagi. Di sini terdapat pipa saluran air, jangan mengikuti pipa saluran
air, baik yang ke atas (kiri) maupun ke bawah (kanan). Yang lebih
penting lagi jangan merusak pipa saluran air untuk memperoleh air minum.
Setelah melewati pos 4 jalur kelihatan
cukup jelas dan tidak banyak percabangan lagi. Dengan berjalan menempuh
sekitar 1 jam akan sampai di Pos 5. Jalur semakin menanjak melintasi
hutan lebat dan kadangkala kita harus melintasi akar-akar pohon.
Sepanjang jalur kutajaya ini pemandangan monoton hanya berupa
hutan-hutan, namun kita kadangkala akan melihat satwa-satwa seperti
aneka jenis burung, juga suara-suara monyet, bahkan seringkali rombongan
monyet melintasi jalur ini.
Untuk menuju Pos 6 diperlukan waktu
sekitar 1 jam perjalanan. Di pos 6 terdapat tanah datar yang cukup untuk
mendirikan 1 buah tenda. Masih diperlukan lagi waktu sekitar 1 jam
perjalanan untuk menuju puncak gunung Salak 1. Masih dalam suasa hutan
yang semakin lebat dan disertai tiupan angin yang semakin kencang,
lintasan kadang berupa batu besar ketika hendak mencapai puncak. Muncul
tepat di samping makam Mbah Gunung Salak, maka sampailah kita di puncak
Gunung Salak 1 dengan ketinggian 2.211 mdpl.
PASIR RENGIT
Jalur pendakian dari Pasir Rengit,
Cibatok ini untuk menuju ke Kawah Ratu medannya menanjak dan berbatu
dengan air terjun Pasir Reungit di awal pendakian. Untuk menuju puncak
gunung Salak 1 jalur ini merupakan jalur terpanjang karena harus memutar
dan melintasi kawah ratu. Di rute ini bisa di jumpai dua kawah
berukuran kecil, yakni kawah Monyet dan kawah Anjing. Pada musim hujan
beberapa bagian medannya berubah menjadi saluran air alami.
Di sekitar desa Pasir Reungit terdapat
Bumi Perkemahan dan tiga air yakni, curug Cigamea satu, curug Cigamea
dua, dan curug Seribu, yang dapat disinggahi sebelum ke Kawah Ratu.
Curug Cigamea tingginya kurang lebih 50 meter, sedangkan tumpahan airnya
melebar.
Tidak jauh dari kampung Pasir Reungit, terdapat
curug ngumpet. Tumpahan airnya cukup lebar dengan ketinggian sekitar 20
meter, dan menggoda hati untuk mandi dan berenang atau duduk di
bebatuan. Curug seribu sangat indah dan menarik, ketinggian curug
mencapai 200 meter, dan tumpahan curug cukup besar dan menyatu, sehingga
dari jarak jauh sudah terasa percikan airnya yang dingin. Untuk
mencapai lokasi curug seribu harus menuruni jalan setapak yang curam
sehingga harus ekstra hati-hati.
Untuk menuju ke Pasir Reungit dari stasiun Bogor naik mobil angkot
jurusan Bebulak. Kemudian dari terminal Bebulak disambung dengan mobil
jurusan Leuwiliang, turun di simpang Cibatok. Dari Cibatok disambung
lagi dengan mobil angkutan pedesaan ke Gunung Picung atau Bumi
Perkemahan Gunung Bunder yang berakhir di Pasir Reungit.
Pada musim hujan di jalur pendakian banyak
terdapat pacet atau lintah, juga terdapat cacing raksasa dengan panjang
sekitar 1,5 meter, yang disebut Metaphire Longa atau cacing sonari,
karena di malam hari mengeluarkan lengkingan seperti sedang bernyanyi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar